Tuesday, 21 July 2020

Contoh Makalah Pra Aksara untuk SMP sederaja

untuk Link Download kalian bisa cek di bawah makalah ini



Makalah

Tentang

Zaman Praaksara di Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

Nama : 

Kelas : VII A

 

 

SMPN 1 CIGEDUG

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Penemuan - penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok di huni manusia kala itu. Penemuan –penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan perkembangan manusia purba dari mulai bagaimana menemukannya,cirri-ciri dari manusia purba dan tempat ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul hingga menjadi manusia sekarang ini.

Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang ditemuakan di Indonesia. Penemuan –penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo Moernman. Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini dapat dipercaya kebenaranya.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?

2.      Bagaimana persebaran manusia purba pada zaman dahulu?

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Manusia Purba

   Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba.  Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama.  Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :

1.      Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :

o  Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)

o  Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi

o  Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

2.      Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.

Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.  Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan. 

3.      Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum  dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.  Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur. 

4.      Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan. Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan. 

5.      Zaman Logam Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

6.      Zaman Perunggu Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak. Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.

7.      Zaman BesiPada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C. Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

B.     Jenis-Jenis Manusia Purba 

            Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :

1.   Jenis Pithecanthropus

a.    Pithecanthropus Erectus

Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki.Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.

Ciri-ciri :

ü Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm

ü Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc

ü Bentuk tubuh & anggota badan tegap

ü Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat

ü Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat

ü Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi

ü Bentuk hidung tebal

ü Bagian belakang kepala tampak menonjol

ü Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang

b.    Pithecanthropus Mojokertensis

Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von Koeningswald di Mojokerto tahun 1936  Disebut juga Pithecanthropus Robustus.

Ciri- ciri :

ü Tinggi antara 165- 180

ü Badan tegap, tidak setegap Meganthropus

ü Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus

ü Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang pelipis

ü Tidak berdagu

ü Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan

ü Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun.

2.   Jenis Meganthropus

a.    Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa.Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald tahun 1936-1941.

Ciri-ciri :

ü Memiliki tulang pipi yang tebal

ü Memiliki otot kunyah yang kuat

ü Memiliki tonjolan kening yang mencolok

ü Memiliki tonjolan belakang yang tajam

ü Tidak memiliki dagu

ü Memiliki perawakan yang tegap

ü Memakan jenis tumbuhan

ü Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal

ü Jenis Homo

b.    Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois.Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis.

Ciri-ciri :

ü Muka datar dan lebar

ü Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)

ü Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata

ü Pipinya menonjol ke samping

ü Kapasitas otak mencapai 1300 cc

ü Berat badan dari 30 - 150 kg

ü Tinggi badan 130 - 210 cm

ü Jarak antara hidung dan mulut masih jauh

ü Perawakannya masih seperti kera

ü Sudah berdiri tegak

ü Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih sederhana.

c.    Homo Soloensis

Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.

Ciri-ciri :

ü Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc

ü Tinggi badan antara 130 – 210 cm

ü Otot tengkuk mengalami penyusutan

ü Muka tidak menonjol ke depan

ü Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

d.   Homo Sapiens

Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang disebut dengan manusia bijaksana. Ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.Jenis manusia purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.

Ciri-ciri :

ü Tinggi tubuh 130-210 cm

ü Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan  Meganthropus dan pithecanthropus.

ü Volume otak antara 1000 cc-1300 cc

ü Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.

ü Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.

ü Tulang alis lebih besar

ü Sudah tidak berbulu

ü Berdiri tegak dan berjalan tegak

ü Disebut manusia berbudaya

ü Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam

 

C.    Perkembangan Fosil Manusia Purba di Indonesia

Penemuan manusia purba diawali dengan kegiatan excavasi / penggalian di tempat-tempat yang diyakini terdapat fosil-fosil manusia purba. penggalian dilakukan dengan teknik arkeologi agar fosi tidak mengalami kerusakan. setelah digali, maka fosil akan dibersihkan dengan bahan-bahan kimia tertentu, agar unsur-unsurnya tdk mengalami kerusakan. Langkah selanjutnya adalah merekonstruksi / menyusun lagi fosil-fosil seprti pada saat ditemukan.

Penelitian ilmiah mengenai fosil dimulai pada akhir abad ke-19. Penelitian Paleoantropologi manusia purba di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu 1889-1909, 1931-1941, dan 1952 hingga sekarang.

Eugone Dubois menduga bahwa manusia purba pasti hidup di daerah tropis. Menurutnya, hal ini disebabkan perubahan iklim sepanjang sejarah tidak banyak dan di daerah tropis pula monyet serta kera masih banyak yang hidup. Ketika datang ke Indonesia, Eugone Dubois mulai menyelidiki gua-gua di Sumatera Barat. Namun, hanya tulang-tulang subresen yang ditemukan.

Penemuan Eugena Dubois : Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.yang menyebabkan Dubois memindahkan kegiatan penelitiannya ke daerah Jawa.  Fosil kiriman itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju). homo sapiens dengan isi volum otak kira-kira 1450 cm kubik hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu. Temuan Dubois pertama, 1889, berupa fosil atap tengkorak Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, , tahun 1891. Volume otak Pithecanthropus erectus diperkirakan sekitar 770 - 1000 cm kubik. Bagian tulang-belulang fosil manusia purba yang ditemukan tersebut adalah tulang rahang, beberapa gigi, serta sebagian tulang tengkorak.Temuan lainnya adalah Pithecanthropus Mojokertensis, ditemukan di daerah Mojokerto dan Pithecanthropus Soloensis, ditemukan di daerah Solo.

Penemuan Selenka dan Tim : Pada 1907-1908, Selenka dan regunya melakukan penyelidikan dan penggalian di Trinil. Namun, penggalian tersebut tidak membuahkan hasil fosil manusia purba. Yang ditemukan berupa fosil hewan dan tumbuhan yang dapat menambah referensi mengenai kehidupan manusia Pithecanthropus Erectus.

Penemuan Ter Haar dan Tim : Antara 1931-1933, Ter Haar dan Oppenoorth melakukan pencarian di Ngandong, Blora. Dari hasil pencarian, didap

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba.  Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:

1.  Homo Soloensis

2.  Homo Wajakensis

Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).

 

B.     Saran

Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.


Link Download Disini

 

 

No comments:

Post a Comment